Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Catatan Tempo Doeloe Etnis Bugis-Makassar di Gorontalo

Senin, 26 Oktober 2020 | 14:09 WITA Last Updated 2020-10-26T06:12:26Z

 

Berawal dari kekalahan perang Kerajaan Gowa dari Pasukan VOC Belanda, dibuatlah Perjanjian Bongaya. Banyak masyarakat pribumi dan kaum bangsawan berimigrasi secara besar-besaran ke daerah atau wilayah yang pernah mereka berniaga atau berkunjung, termasuk Negeri Gorontalo dan sekitar negeri-negeri di teluk tomini.


Para imigran dari Bone membentuk perkampungan serta mengembangkannya dalam kerajaan kecil sesuai nama daerah asalnya, mereka mendiami sungai bone dan pantai bone (bonepantai). Catatan Hindia Belanda tahun 1853 bahwa Raja Iskandar Muhamad Wartabone memerintah di wilayah Bone-Suwawa dan Bintauna


Sementara itu, terbentuknya  Kampung Bugis yang ada di Kota Gorontalo berawal dari permintaan raja Gorontalo Monoarfa kepada pelaut bugis untuk membantu memberantas bajak laut dari Mindanau dan Tobelo. 


Seorang bernama Aru Lasimpala dengan memimpin 300 kapal layar merapat di teluk Gorontalo, alhasil para pembajak laut dapat dibasmi dengan tuntas sehingga perairan gorontalo menjadi aman. 


Atas jasa mereka, raja gorontalo memberikan tanah di wilayah bantaran muara sungai bone. Perkampungan Bugis berkembang sampai di Kampung “TAMALATE” sekarang.  Di tahun 1859 Aru Lasimpala menjadi kepala kampung dengan gelar Matoa (yang dituakan). 


Beberapa tokoh gorontalo dari keturunan Bugis Makasar diantaranya mantan Presiden RI Prof BJ Habibie , kakek buyutnya bernama Lamakasa (La Mantra); Prof J.A Katili seorang Pakar Geologi yang neneknya bernama Karsum Lasimpala;  Bapak Nani Wartabone keturunan dari raja Bone Suwawa


Penulis: Misbach Lapananda


×
Berita Terbaru Update