Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pendidikan itu Seharusnya Memanusiakan

Jumat, 15 Januari 2021 | 15:05 WITA Last Updated 2021-01-15T07:05:15Z
Ilustrasi Pixabay.com


Opini
- Peran pendidikan dalam membangun suatu bangsa merupakan hal yang fundamental. Karena dengan pendidikan sumber daya manusia yang unggul dapat dihasilkan. Dampaknya terhadap peningkatan pembangun suatu negara. 


Dalam memandang pendidikan ada beragam defenisi yang melekat padanya. Disini penulis mengutip defenisi pendidikan dari salah seorang pemikir yang bernama paulo fraire. Menurut beliau pendidikan ialah usaha seseorang (pendidik) dalam memanusiakan manusia (peserta didik) atau biasa disebut dengan "dehumanisasi".


Paulo fraire menganggap bahwa dalam melakukan kegiatan pendidikan antara pendidik dan peserta didik itu sudah tidak memiliki sekat. Status nya sama-sama adalah subjek dan objeknya ialah ilmu itu sendiri. Jadi, pendidikan tidak lagi dibuat sebagai transfer atau pengajaran akan tetapi lebih kepada diskusi dan dialog. 


Pendidikan merupakan usaha manusia untuk merebut, mengetahui, dan mengaplikasikan sisi-sisi manusiawi dari seorang manusia. Jadi, disini pendidikan merupakan kegiatan "take action". Ilmu didapatkan, kemudian didiskusikan, setelah itu dinilai, lalu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. 


Jika, kita melihat pendidikan saat ini khususnya pendidikan yang ada di Indonesia. Sangat miris terasa, karena berbagai macam pemberitaan tentang pendidikan kita selama ini memuat hal-hal negatif. Pemberitaan negatif tersebut  merupakan noda besar di wajah kita bersama. Bukan hanya peserta didik, akan tetapi pendidik juga telah keluar dari jalur yang seperti paulo fraire inginkan. 


Fenomena amoral dari peserta didik dan juga pendidik, mental yang lemah sehingga tak sedikit kejadian bunuh diri yang dialami oleh peserta didik, serta pendidikan yang selama ini menghasilkan produk "copy paste"


Cita-cita dari paulo fraire sangat jauh dari apa yang diharapkan jika kita melihat kondisi saat ini. Peran pendidikan untuk memanusiakan manusia berbalik arah. Malah menghasilkan manusia seperti mesin dan besi. 


Dimana para didikan hanya di tuntut untuk menghasilkan sesuatu tanpa bertanya ada apa dan kenapa sesuatu itu (urgensinya). Sehingga mereka hanya menjadi "follower" Bukan "inovator ".


Inilah kacamata pendidikan kita saat ini. Menutup mata sebelah dan berharap agar bangsa maju. Kebijakan politik yang mungkin saja temporal dan menguntungkan segelintir orang juga telah memasuki relung pendidikan kita. 


Setiap pergantian seorang menteri pendidikan  maka aturan dan kebijakan terkait pendidikan juga tergantikan. Hal inilah yang membuat galau para pendidik karena aturan dan kebijakan selalu berubah setiap pergantian menteri. Padahal aturan menteri terdahulu belum terlihat efeknya selama 5 tahun kemudian digantikan karena pemimpin yang dahulu tergantikan.


Rasa-rasanya yang dirugikan pada model politik seperti ini ialah para pendidik dan yang didik.  Mereka dituntut ini itu disaat  hampir selesai, hasilnya tak digunakan malah di ubah dan digantikan. 


Seharusnya untuk menghasilkan para didikan yang unggul dasar utamanya ialah memberikan kemerdekaan terhadap subjek. Apa yang ingin diketahui. Bukan malah mematok hal-hal yang mesti mereka ketahui. Jika modelnya seperti yang terakhir disebutkan maka jangan heran jika didikan merasa bosan dan galau dengan apa yang mereka kerjakan. Karena mereka dituntut dan dipaksa tanpa ada daya untuk bertanya kenapa hal itu mesti mereka pelajari. Serta apa korelasinya ketika kelak mereka di perhadapkan dengan dunia nyata. 


"Kemerdekaan berfikir itu lebih baik ketimbang kemerdekaan fisik"


Sabaruddin B. S. Hut., M. Hut

Dosen Konservasi Hutan

Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo



×
Berita Terbaru Update