Sabaruddin B. bersama masyarakat sekitar hutan adat kajang, Sulawesi Selatan |
Opini - Interaksi antar masyarakat perkotaan dan pedesaan sudah tak berjarak lagi. Dampak tersebut berasal dari penemuan teknologi yang terus berkembang. Selain itu peran globalisasi yang di awal tahun 2000an di gembar gemborkan juga berpengaruh signifikan. Dampaknya dapat kita lihat dan rasakan saat ini.
Masyarakat Indonesia yang umumnya cendrung terbuka terhadap informasi dan hal-hal yang baru serta di didukung dengan tren globalisasi memudahkan masuknya teknologi. Sehingga kenyataan tersebut berperan serta terhadap perubahan sosial di masyarakat. Tak terkecuali masyarakat yang tinggal di dalam atau diluar kawasan hutan.
Masyarakat sekitar hutan ialah masyarakat yang mengandalkan roda perekonomian nya dari hutan. Sehingga keberadaanya berperan nyata dalam menjaga ekosistem hutan. Selain memanfaatkan hasil hutan berupa kayu, masyarakat sekitar hutan juga memanfaatkan hasil non kayunya. Adapun hasil non kayu yang biasanya mereka manfaatkan ialah madu, gula aren, minyak atsiri, buah-buah dari pohon yang dapat dikonsumsi dan lain sebagainya.
Masuknya teknologi dan informasi akibat globalisasi dunia itu berpengaruh signifikan terhadap metode pemanfaatan hutan. Khususnya masyarakat disekitar hutan. Ada beberapa penelitian yang menujukkan hal tersebut seperti:
Perubahan sosial masyarakat bali yang berburu jalak bali secara ilegal
Jalak bali merupakan burung khas pulau dewata. Tak heran jika harga dari burung ini begitu fantastis. Karena selain memiliki suara yang merdu bulunya pun juga sangat enak dipandang mata. Sehingga alasan tersebut menjadikan burung ini diincar oleh warga lokal maupun internasional. Yang menyebabkan harganya membumbung tinggi. Jika dahulu masyarakat memburu jalak ini secara ilegal lain halnya saat ini. Akibat perkembangan teknologi sehingga merubah perilaku masyarakat yang dahulunya memburu menjadi penangkar jalak bali. Hal tersebut juga karena dukungan oleh stakeholder terkait.
Perubahan masyarakat sumbawa jual madu
Madu hutan merupakan produk hasil hutan non kayu. Jika alam sekitar masih baik maka tak sulit menemukan madu alami ini dihutan. Seperti halnya di pulau sumbawa. Madu ini sangat diminati karena memiliki khasiat kesehatan yang diyakini oleh masyarakat sekitar. Dengan varian warna madu yang bervariasi. Jika dahulu harga yang di tawarkan oleh para pengepul kepada para pemburu madu hutan ini sangat murah lain halnya saat ini. Akibat dari berkenalannya masyarakat sekitar dengan sosial media. Sehingga harga madu sumbawa naik. Karena beberapa masyarakat merasa tak perlu lagi menjual kepada pengepul cukup dengan memajangnya di sosial market pembeli baik dari sumbawa maupun luar sumbawa mudah menemukannya.
Perubahan masyarakat sumatra dalam memanfaatkan hutan
Permasalahan tenurial merupakan permasalahan klasik yang sampai sekarang hanya beberapa saja yang bisa diselesaikan. Begitu juga yang terjadi di pulau Sumatera tepatnya di Taman Nasional Bukit Barisan. Tumpang tindih tapal batas kawasan antara para birokrasi dan masyarakat setempat selalu berujung konflik. Tak mengherankan jika pulau sumatera menempati urutan pertama konflik tenurial ini. Akan tetapi setelah bantuan yang dilakukan oleh salah satu lembaga swasta yang berfokus terhadap mediasi maka permasalahan tenurial tersebut mencapai titik temunya. Pencetusan program perhutanan sosial (PS) menjadi tren dalam manajemen konflik di kawasan sekitar hutan.
Perubahan sosial pasti akan terjadi, cepat atau lambat waktulah yang akan menjawabnya. Karena hakikatnya setiap individu akan terus bergerak dan mencari suatu model yang mendekati kesempurnaan. Sama seperti pemanfaatan hutan oleh masyarakat sekitar hutan. Adanya teknologi dan informasi yang berkembang berdampak signifikan terhadap perubahan tata cara dalam melihat, mengolah, memanfaatkan, serta menyelesaikan permasalahan dalam bidang kehutanan.
Akan tetapi, tak selamanya perubahan sosial itu bermanfaat bagi mereka. Bisa saja perubahan sosial itu memberikan pengaruh negatif. Terutama dalam budaya serta adat istiadat masyarakat sekitar hutan.