![]() |
Oneng Ruaf usai menangkap Kelelawar di Hutan Bakau (Foto: Afandi Ibrahim) |
Gorontalo - Pandemi Covid-19 atau Virus Corona yang melanda indonesia sejak awal maret lalu masih terus menghantui seluruh masyarakat sampai sekarang. Di mana lonjakan kasus yang terkonfirmasi masih terus terjadi di beberapa daerah.
Namun, ada juga beberapa daerah yang sudah menunjukkan penurunan persentase penyebaran virus tersebut, bahkan ada yang sudah masuk dalam zona hijau.
Sebelumnya, virus yang berasal di Kota Wuhan China ini disebut menular dari Kelelawar. Spesies yang bernama latin Chiroptera diteliti membawa virus seperti yang menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) dan yang mirip dengan SARS-CoV-2.
Tapi, hal itu ditepis oleh Oneng Rauf warga Gorontalo yang sehari-hari kerjanya mencari kelelawar untuk menghidupkan keluarganya.
Warga desa Olibu, Kecamatan Paguyaman Pantai, Kabupaten Boalemo, Gorontalo itu mengaku tidak pernah merasakan gejala Covid-19. Bahkan, aktivitas mereka ini sudah dilakoni sejak lama, sebelum virus mematikan tersebut ditemukan.
"Selama ini, Alhamdulillah, kami tidak pernah merasakan gejala apapun yang berkaitan dengan virus itu," kata Oneng Rauf
Oneng bercerita, saat mencari kelelawar, dirinya tidak pernah menggunakan alat pelindung diri (APD) yang biasa digunakan oleh petugas medis saat menangani pasien Covid-19.
"Biasa kami tidak memakai baju saat menangkap kelelawar. kami juga tidak memakai masker, apa lagi memakai APD," ujar Oneng
Tak hanya Oneng, Risman Abdullah yang sering bersama Oneng untuk menangkap kelelawar juga mengatakan hal yang sama. Namun Risman mengku, semenjak kelelawar disebut menjadi salah satu pemicu Covid-19, mereka terpukul karena kehilangan mata pencaharian.
Bahkan, kata Risman, mereka kehilangan pemesan kelelawar yang selama ini sudah menjadi langganan mereka."Waktu pertama diisukan, pesanan hampir tidak ada. terpaksa kami cari pekerjaan lain," ucap Risman
Dengan berjalannya waktu, kata Risman, saat ini sudah ada yang mulai memesan kelelawar lagi."sudah ada pesan lagi, namun kami mengambilnya terbatas," jelasnya
Meski begitu, sampai saat ini, dirinya belum mendapatkan penyelesaian secara ilmiah terkait kelelawar sebagai pembawa virus penyebab Covid-19. Sebab. Dirinya hanya mendengarkan hal itu hanya di media saja.
"Peneliti atau dokter, belum ada yang pernah menjelaskan ke kami terkait kelelawar sebagai pembawa virus Covid-19 itu," Jelasnya
"Kami yang tiap hari memegang kelelawar tidak pernah merasakan gejala," sambunya
Sementara itu, Dr Fenny Rimporok, PPH Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo belum bisa menjelaskan lebih jauh terkait kelelawar sebagai pembawa virus penyebab Covid-19 tersebut.
Fenny beralasan karena hal itu belum ada penelitian pasti tentang Covid-19 yang bermula akibat penularan dari kelelawar.
"Sudah dilakukan isolasi virus Covid-19 pada kelelawar, walaupun secara genetis dekat dengan virus corona, tapi penularan ke manusia belum dapat kepastian ilmiah,"dia menandaskan.
Data dari tim peneliti Feredrik Indonesia menyebutkan ada 24 hewan endemik kelelawar yang bermukim di Desa Olibu di Kabupaten Boalemo, Gorontalo positif terpapar virus corona dan telah dipublikasikan di jurnal internasional.
Peneliti Feredrik Indonesia menjelaskan virus corona yang ditemukan di tubuh kelelawar terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan air liur hewan kelelawar.
Mereka mencatat virus corona yang mewabah di Wuhan, China memiliki kesamaan dengan virus corona yang ditemukan oleh tim penelitian di Desa Olibu, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.